Cerpen "Peradilan Rakyat" karya Putu Wijaya
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"
"Kalau begitu, pulanglah anak muda”. Tak perlu kamu bimbang.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar